Sempat Viral, Kepala SMPN 3 Depok Akui Ada Pelecehan Verbal Oknum Guru ke Siswa

ViralBlast – Kepala SMP Negeri 3 Depok, Ety Kuswandarini, memberikan tanggapan terkait kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan seorang guru berinisial IR terhadap salah satu siswi. Berdasarkan hasil pemeriksaan internal sekolah, diketahui bahwa guru tersebut melakukan pelecehan dalam bentuk verbal, bukan fisik.
Ety menjelaskan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada 13 Maret 2025, setelah pihak sekolah menerima informasi dari orang tua siswa kelas VII-7. Informasi itu diperoleh dari unggahan di media sosial yang menampilkan video berisi percakapan antara siswi dan oknum guru IR.
“Video yang kami terima ternyata merupakan hasil rekaman suara (voice note) dari aplikasi WhatsApp yang kemudian diedit menjadi format video dengan tambahan teks percakapan,” ujar Ety saat ditemui di sekolah pada Kamis, 22 Mei 2025.
Ia menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan oleh IR tergolong sebagai pelecehan verbal, berupa komunikasi yang tidak pantas dan tidak semestinya disampaikan kepada siswa. Tidak terdapat bukti adanya kontak fisik dalam kejadian tersebut.
“Kasus ini kembali menjadi sorotan setelah munculnya unggahan di Instagram yang menyebutkan adanya pelecehan seksual terhadap siswa. Unggahan tersebut menjadi viral dan menimbulkan opini publik seolah-olah telah terjadi tindakan pelecehan seksual fisik yang berdampak besar terhadap masa depan siswa,” jelas Ety.
Klaim Kasus Sudah Selesai Secara Kekeluargaan
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5229478/original/083875200_1747929796-20250522_135837.jpg)
Kepala SMPN 3 Depok, Ety Kuswandarini, menegaskan bahwa tidak ditemukan indikasi pelecehan secara fisik dalam kasus yang melibatkan guru berinisial IR. Namun, berdasarkan hasil klarifikasi internal, IR terbukti melakukan pelecehan dalam bentuk verbal terhadap salah satu siswi.
Ety menyampaikan bahwa pihak sekolah telah menangani kasus ini secara kekeluargaan, melibatkan guru yang bersangkutan serta keluarga korban.
“Setelah kami lakukan klarifikasi, saya menerbitkan surat peringatan pertama kepada yang bersangkutan pada 10 April 2025,” ujar Ety.
Sebagai langkah lanjutan, pihak sekolah juga telah meminta IR untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan. Namun, kasus ini kembali mencuat setelah beredarnya video percakapan antara IR dan korban di media sosial. Menanggapi perkembangan tersebut, pihak sekolah kemudian mengeluarkan surat peringatan kedua kepada IR pada 21 Mei 2025.
“Kemarin saya mengeluarkan surat permintaan pemeriksaan kesehatan jiwa ke psikiater untuk yang kedua kalinya, sebagai tindak lanjut atas viralnya video tersebut,” jelas Ety.
Ety juga membenarkan bahwa IR mengakui telah melakukan pelecehan secara verbal. Namun, menurut pengakuan IR, percakapan tersebut terjadi karena dirinya merasa terpancing oleh sikap siswi yang bersangkutan.
“Tidak ada tindakan fisik, hanya berupa ucapan yang tidak semestinya. Berdasarkan pengakuan IR, ia menyampaikan kata-kata tersebut karena merasa terpancing oleh respons dari siswi,” kata Ety.
7 Siswa Mengaku Jadi Korban Pelecehan Seksual
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5229476/original/048159800_1747929795-1000599843.jpg)
Seorang guru di salah satu SMP Negeri di Depok kembali menjadi sorotan setelah muncul dugaan pelecehan seksual terhadap sejumlah siswa. Berdasarkan informasi yang beredar, dugaan pelecehan tersebut diduga terjadi dalam rentang waktu cukup panjang, yakni pada tahun 2019, 2024, dan yang terbaru beberapa bulan lalu di tahun 2025.
Pembina ekstrakurikuler berinisial SP mengungkapkan bahwa informasi tersebut ia peroleh langsung dari para korban. Beberapa siswa berani mengungkapkan pengalaman mereka melalui pesan pribadi di media sosial.
“Ada empat korban yang menghubungi saya secara personal melalui chat, mereka menceritakan kejadian yang dialami. Waktunya berbeda-beda, ada yang terjadi pada 2024, ada juga yang tahun 2025. Kasus ini makin ramai dibicarakan sejak bulan Ramadan 2025,” ujar SP saat ditemui media, Kamis (22/5/2025).
SP menjelaskan, meningkatnya perhatian publik terhadap kasus ini dipicu oleh keberadaan bukti berupa rekaman dari salah satu korban. Dalam rekaman tersebut, tampak adanya percakapan yang mengarah pada topik dewasa yang tidak pantas dibicarakan kepada siswa tingkat SMP.
“Salah satu korban bersama orang tuanya sempat mencoba melapor ke pihak sekolah. Namun, saat itu kasusnya dianggap sudah diselesaikan secara internal,” tambah SP.
Modus Rapikan Dasi
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5229477/original/017509500_1747929796-1000599842.jpg)
Pada saat penyelesaian masalah tersebut, korban merasa disudutkan dan membuat korban tidak terima. Tidak hanya itu, ada juga korban lain yang mengaku mendapatkan perlakuan yang sama sehingga turut menceritakan kejadian yang dialami korban kepada SP.
“Jadi pelecehannya ada yang verbal dan melibatkan fisik ada, tapi karena kejadian itu spontan ya dari oknum, jadi korban tidak memiliki bukti secara jelas gitu,” terang SP.
Sejumlah korban mengaku mendapatkan perlakukan pelecehan seksual fisik berupa meremas bagian bokong dan bagian payudara. Hal itu dilakukan oknum guru dengan berbagai alasan kepada korban.
“Ada juga yang seakan-akan ingin membantu merapikan dasi, padahal gerakan tangannya seakan-akan ingin menyentuh payudara korban,” ucap SP.
SP mengungkapkan, sampai saat ini sebanyak tujuh korban sudah menceritakan kasus dugaan pelecehan seksual kepada dirinya. Adapun tujuh korban dugaan pelecehan seksual itu merupakan siswa kelas VII dan kelas VIII.
“Ada juga korban yang saat ini sudah alumni dengan oknum yang sama,” ungkap SP.
gzpvuhikwefzuyvwidmvfploomdvhz
3i111t
mh9yd8
tr37ex